Ribuan Rumah Terdampak Banjir, Air Kiriman dari Lahat ke Muara Enim, PALI, dan Prabumulih
Di Muara Enim, ada 1.497 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir. Bencana alam itu disebabkan meluapnya air Sungai Lematang sejak Kamis (9/1) lalu. Saat ini banjir sudah berangsur surut. Namun, petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Muara Enim masih stand by.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Muara Enim, Abdurrozieq Putra ST MT, mengatakan, hujan lebat yang menghuyur Kota Muara Muara Enim dan juga wilayah Lahat berdampak terhadap beberapa wilayah terutama kawasan bantaran Sungai Lematang.
"Karena itu, beberapa daerah secara bergantian dilanda banjir karena Sungai Lematang meluap. Banjir itu bergeser dari ulu ke ilir," bebernya, kemarin. Beberapa wilayah di Muara Enim yang sempat terendam yakni Desa Gunung Megang Luar dan Desa Gunung Megang Dalam, Kecamatan Gunung Megang.
"Di Kota Muara Enim juga banjir pada Jumat (10/1) lalu. Tapi hari itu juga sudah surut. Tinggal jalanan yang terendam," jelas dia.
Pada Desa Gunung Megang Dalam dan Luar, totalnya ada 1.497 KK yang terdampak banjir tersebut. Saat ini kondisinya sudah berangsur surut. "Ada beberapa akses jalan yang terputus karena banjir. Anggota kami sampai saat ini masih di lokasi membantu warga menggunakan perahu karet," ungkapnya.
Menurut Abdurrozieq, pihajnya mengantisipasi potensi banjir kembali. "Kita berharap kondisi cuaca cerah. Setidaknya tidak hujan lagi, agar air bisa lebih cepat turun," imbuh dia.
Dirinya mengimbau masyarakat di bantaran Sungai Lematang untuk tetap waspada.
Selain banjir, di wilayah Desa Sri Tanjung, Kecamatan Semendo Darat Tengah (SDT) terjadi longsor pada Sabtu (11/1) sekitar pukul 22.30 WIB. Hingga Minggu (12/1) tanah longsoran tersebut masih menutupi jalan. Karena kendaraan roda dua dan roda empat tidak bisa melintas, lalu lintas dialihkan ke jalan alternatif dari Desa Sri Tanjung ke Desa Muara Tenang.
Abdurrozieq menambahkan, longsor di jalan Desa Sri Tanjung itu merupakan kejadian longsor susulan. Sebelumnya sudah terjadi longsor yang pertama pada 9 Januari 2025. “Lokasinya sama dengan lokasi longsor yang pertama," ujarnya.
Tanah di kawasan tersebut memang labil di musim penghujan seperti sekarang.
“Tim BPBD sudah menuju lokasi dan menunggu alat berat dari Dinas PUPR untuk membantu membersihkan material tanah longsoran," ungkap Abdurrozieq. Camat SDT, Zulfikar mengatakan, ada beberapa daerah di SDT yang rawan terjadi longsor selain Desa Sri Tanjung. Seperti wilayah Desa Muara Tenang, Desa Tenam Bungkuk, Desa Gunung Agung, dan Desa Kota Padang.
Jalan alternatif ke Desa Muara Tenang juga rawan terjadinya longsor. Karena itu, warga diharapkan berhati-hati. "Ada standby satu unit alat berat sehingga bila terjadi longsor bisa cepat ditangani," pungkasnya.
Di PALI, kabupaten pecahan Muara Enim, juga terjadi banjir. Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir menyebabkan debit air Sungai Lematang di wilayah itumeningkat. Akibatnya, dua desa dalam Kecamatan Tanah Abang, yakni Desa Curup dan Desa Sukaraja, mulai terendam. Kedalaman airnya bervariasi antara 10 hingga 80 cm.
Berdasarkan data dari Kapolsek Tanah Abang, Iptu Arzuan, SH Sabtu (11/1) sekitar pukul 16.30 WIB, pada Desa Curup, genangan air kedalamannya mencapai 30-80 cm. Sementara di Desa Sukaraja terendam 10-40 cm. Warga setempat menyebutkan, air mulai masuk dan menggenangi pemukiman, Sabtu sejak pukul 10.00 WIB.
Untung saja, mayoritas rumah warga di kedua desa bebentuk panggung. Namun, potensi banjir besar tetap menjadi ancaman serius, mengingat curah hujan masih tinggi dan debit air terus meningkat. Iptu Arzuan menyebutkan, banjit tidak hanya dipicu oleh curah hujan tinggi di wilayah setempat. Tapi juga aliran air dari ulu Sungai Lematang.
"Jika debit air terus meningkat, tidak menutup kemungkinan sepuluh desa di pinggiran Sungai Lematang akan terdampak, bahkan terisolasi," bebernya. Sebagai langkah mitigasi, Polsek Tanah Abang telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk membentuk posko banjir di Desa Curup dan Desa Sukaraja.
Posko ini direncanakan akan melibatkan BPBD Kabupaten PALI, Pemerintah Kecamatan Tanah Abang, pihak Puskesmas, serta perangkat desa. Kapolsek menambahkan bahwa pihaknya telah melaporkan situasi ini kepada pimpinan daerah dan instansi terkait untuk segera menyalurkan bantuan sembako, air bersih, serta obat-obatan.
"Kami merekomendasikan agar Dinas Kesehatan dan Puskesmas Tanah Abang aktif memberikan edukasi serta bantuan medis kepada masyarakat. Penyediaan obat-obatan untuk penyakit kulit dan diare harus diprioritaskan," tuturnya.
Sebelumnya, Sabtu kemarin juga terjadi banjit di Prabumulih. Wilayah Kelurahan Payuputat, Kecamatan Prabumulih Barat. Banjir itu kiriman dari Lahat dan Muara Enim, akibat luapan air Sungai Lematang.
Air yang merendam rumah warga kedalamannya bervariasi. Ada yang setinggi lutut anak-anak hingga sedalam 1 meter.
Ardiano, warga RT 01 RW 05 Kelurahan Payuputat menyebutkan banjir itu kiriman. "Lahat dan Muara Enim kan sudah banjir lebih dulu, airnya sampai ke sini," sebutnya.
Banjir ini membuat mereka tidak bisa ke kebun, mengganggu aktivitas sehari-hari. Kemarin merupakan hari ketiga banjir melanda Kelurahan Payuputat. “Kalau banjir terus seperti ini kami tidak bisa menyadap getah karet di kebun. Itu pendapatan kami sehari-hari,” ujar Erdiansyah, warga lain.
Selain itu, wargajuga kesulitan air bersih karena sumur terendam banjir. Sementara, Nurhayani, mengeluhkan rusaknya tanaman padi dan sayuran yang ditanam. “Sudah tiga hari terendam, bisa-bisa mati dan gagal panen,” keluhnya.
Hingga kemarin, belum ada bantuan dari pemerintah daerah. Kalaksa BPBD Kota Prabumulih, Sriyono, SH, menjelaskan, pihaknya berencana mendirikan posko penanggulangan bencana, hari ini (13/1). “Kita akan melihat perkembangan, jika air belum surut kita dirikan posko,” ujarnya.
Untuk jumlah warga yang terdampak, Sriyono menuturkan masih menunggu data fix. Yang pasti, untuk wilayah kota Prabumulih ada satu kelurahan yang terdampak banjir. Jumlah warga yang terdampak mencapai 1.472 KK. "Karena hampir seluruh warga di kelurahan Payuputat terdampak banjir," jelasnya.
Di Lahat, karena tingginya curah hujan, sempat terjadi banjir akibat luapan drainase yang tidak mampu menampung debit air. Kepala Dusun (Kadus) 3 Desa Ulak Lebar, Arphi mengungkapkan, ada sekitar 57 rumah terendam di wilayahnya. Terutama di kawasan perumahan yang berdekatan dengan drainase.
"Harapannya ada normalisasi drainase, karena banjir ini karena luapan drainese," ungkapnya. Ata warga Green Garden Desa Manggul Lahat, diharapakan adanya perbaikan drainase Ayek Lahangan. Lantaran setiap hujan lebat, drainase meluap dan masuk ke dalam komplek hingga menyebabkan beberapa rumah terendam.
Warga Perumnas III yang juga dilalui drainase Ayek Lahangan berharap selain perbaikan drainase juga ada bantuan pemerintah. Lantaran akibat banjir ancaman kerusakan perabotan dan elektronik. Selain itu jalan di depan TK Pembina Lahat, Kelurahan Bandar Jaya Lahat, dekat drainase ayek Lahangan juga tenggelam dan tak bisa dilalui.
"Yang jelas harus ada solusi agar air tidak meluap ke jalan dan menggangu aktivitas," ujar Tri warga Kelurahan Bandar Jaya Lahat. Kecamatan Kota Lahat yang terletak di wilayah dataran rendah, sering kali mengalami genangan air yang menyebabkan banjir saat musim hujan.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Lahat H Ali Afandi menjelaskan, banjir di kecamatan kota Lahat belum terlalu parah, karena langsung surut karena hujan reda. Untuk wilayah Kabupaten OKU, warga di bantaran Sungai Ogan diimbau waspada banjir.
Dari prakiraan cuaca yang dirilis BMKG Sumsel, Kabupaten OKU termasuk salah satu daerah yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang.hingga lebat dalam tiga hari ke depan (12-14 Januari 2025)."Ada peringatan ini yang disampaikan BMKG," sebut Koordinator Dalops BPBD OKU, Gunalfi.
Termasuk cuaca ekstrem yang bisa berdampak angin kencang, dan terjadinya banjir dan tanah longsor. "Waspadai daerah daerah rawan bencana hidrormeteorologi," ujarnya.
Penjabat Bupati OKU, M Iqbal Alisyahbana juga minta masyarakat bersiap. Seperti melakukan pemeriksaan saluran air yang bisa berpotensi tersumbat dan menyebabkan terjadinya banjir. “Kita diminta senantiasa siap saat terjadi hujan," ujarnya. OKU sebutnya,
Apalagi, di wilayah Kabupaten OKU yang sudah mengalami tiga kali terjadi banjir besar. “Jangan sampai ketika terjadi banjir, menjadi tidak siap untuk mengatasi banjir yang bisa terjadi kapan saja,” tukasnya.
(https://sumateraekspres.bacakoran.co/read/70702/ribuan-rumah-terdampak-banjir-air-kiriman-dari-lahat-ke-muara-enim-pali-dan-prabumulih/45)
Tidak ada komentar