Karena Ini, Pendapatan Retribusi Pasar Baru Baturaja Merosot
Kepala Unit Pasar Baru, Andri Windra, mengatakan saat ini pendapatan mereka mengalami penurunan hingga 30 persen.
“Dulu, normalnya kita mendapat pemasukan diatas Rp70 juta sebulan, yang bersumber dari retribusi bulanan. Nah, ini mau capai angka Rp50 juta saja susah,” ungkap Andri, kepada portal ini Selasa (2/5/2023).
Penyebabnya, para pedagang banyak yang meninggalkan lapak (los/ kios,red) mereka di dalam areal pasar tersebut.
“Dampaknya ke kami, pendapatan Unit Pasar Baru jadi minus. Gaji juga sering telat,” ungkapnya.
Ini menurut dia, terjadi pasca pandemi covid-19 lalu, sampai saat ini.
“Mungkin waktu itu (saat Covid,red), banyak yang pinjam Bank. Nah, sepertinya banyak yang tak bisa bayar cicilannya,” kata Andri mengira-ngira.
Belum lagi ditambah dengan kondisi banyaknya aplikasi belanja online, yang membuat pembeli tidak perlu susah payah mendatangi toko untuk mendapatkan barang yang diinginkan.
“Ini juga berdampak. Seperti halnya pedagang pakaian, banyak tutup. Karena kebutuhan ini bisa dibeli secara online,” ujarnya.
Lebih lanjut disampaikannya, bahwa saat ini kondisi los atau kios di dalam areal pasar itu sendiri sudah sepi. Apalagi yang berada di lantai dua. Kosong!.
Dari total 1.300 lebih kios dan los di areal Pasar Baru itu, beber Andri, yang masih dihuni oleh pedagang hanya sekitar 40 persen saja.
Selebihnya, justru pedagang lebih banyak memilih berjualan di bawah, bahkan kebanyakan di pinggir jalan.
Padahal sesungguhnya, kondisi bagian atas bangunan pasar tersebut layak huni.
“Mereka (pedagang,red) banyak yang ‘main’ di bawah,” sebutnya.
Inilah menurutnya yang bikin rugi pasar. Mengapa demikian? Karena pedagang yang ‘ngemper’ di jalan itu tidak memberi konstribusi ke Unit Pasar Baru sebagai pengelola. Imbasnya, tentu ke Kas Daerah.
Mereka, kata Andri, hanya dipungut biaya kebersihan sebesar Rp2 ribu per hari. Lain dari itu, pihaknya tak tahu nyetor kemana mereka (pedagang).
“Kalau mau hitung-hitungan, dengan biaya kebersihan Rp2 ribu per hari itu, jelas rugi kami ni,” ujarnya.
Kondisi macam itu, sambung Andri, tak hanya terjadi di Unit Pasar Baru saja. Unit-unit lain, seperti Unit Pasar Atas (pasar inpres), juga sama.
Sebetulnya menurut Andri, ada solusi jika ingin menyelamatkan Perumda Pasar dari kepailitan. Hanya saja, semua pihak terkait mesti duduk bersama.
“Ada berbagai opsi untuk menyelamatkan Perumda Pasar ini secara umum. Seperti parkir di areal pasar, mungkin bisa diambil alih ke kami. Terus bongkar muat juga mungkin bisa diaktifkan lagi di areal pasar. Masalahnya sekarang, bongkar muat ini dilakukan di pasar ogan IV. Nah ini kita tidak tahu masuk kemana setorannya,” demikian Andri. (win)
https://harianrakyat.co.id/karena-ini-pendapatan-retribusi-pasar-baru-baturaja-merosot
Tidak ada komentar