Cara Menanam Singkong Untuk Pemula Agar Hasilnya Maksimal
Baturaja Radio.Com - Memulai budidaya singkong dalam skala besar? bagi pemula yang ingin mencoba komoditas yang satu ini tentu banyak tau potensi yang besar.
Bagi beberapa daerah di Indonesia, singkong memiliki potensi yang luas, dan tentu untuk produk olahan sangatlah potensial.
Lalu untuk daerah urban apakah bisa? tentu bisa dicoba, melalui pekarangan rumah tanaman singkong sangat mudah beradaptasi.
Tanaman singkong memiliki potensi yang sangat luas, salah satunya memiliki kualitas nilai jual yang begitu menjanjikan.
Keunggulan Singkong
Singkong merupakan salah satu produk yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Kandungan nutrisi yang terkandung di dalam singkong diantaranya ialah mengandung karbohidrat 34%, protein 1,2%, lemak 0,3%, fosfor 40%, berbagai unsur mineral, dan bahkan vitamin.
Menurut Kominfo Jatim, Indonesia saat ini merupakan penghasil singkong terbanyak keempat di dunia, sehingga singkong memiliki potensi yang tinggi untuk dibudidayakan.
Tanaman singkong dapat tumbuh dengan optimal pada ketinggian 10 hingga 700 mdpl dengan curah hujan rata-rata 760 hingga 1015 mm per tahunnya. Singkong menyukai kelembaban udara 60 hingga 65% dengan lama penyinaran matahari 10 jam per hari serta suhu udara berkisar 18 oC – 35oC.
singkong membutuhkan curah hujan 150 hingga 200 mm pada umur 1 hingga 3 bulan, 250 hingga 300 mm pada umur 4 hingga 7 bulan, dan 100 hingga 150 mm pada pertumbuhan selanjutnya hingga fase menjelang panen. Tanaman singkong dapat tumbuh pada pH 4,5 hingga 8.
Singkong sangat sesuai untuk ditanam di lahan yang memiliki tekstur tanah yang gembur, namun singkong juga dapat ditanam pada tekstur tanah berpasir.
Karakteristik Singkong
Batang singkong merupakan tumbuhan berkayu, batang silindris dengan diameter 2- 6 cm, tinggi tanaman 1,5-5 m, batang berwarna hijau dan setelah tua berwarna keputihan, abu-abu atau keabu-abuan, hijau, kemerahan dan coklat tergantung varietasnya.
Batangnya berongga, berisi empulur putih, lunak dengan struktur gabus Beberapa batang singkong bercabang tidak bercabang tergantung pada varietas dan lingkungannya.
- Daun: warna pudar/pucuk daun, warna daun tua, bentuk daun tengah dan warna tangkai daun.
- Batang: warna kulit kayu, warna batang bagian dalam (kayu + gabus), jarak antar kuncup, cabang reproduktif dan lateral, tinggi batang.
- Bunga: Mereka memiliki bunga jantan dan betina subur, dan hanya bunga betina yang subur.
- Umbi : panjang batang umbi, warna kulit umbi luar, warna kulit umbi dalam, warna daging umbi dan bentuk umbi.
Cara Budidaya Singkong Agar Berbuah Banyak dan Besar
Membudidayakan singkong dengan memperhatikan teknis budidaya yang benar berikut ini:
1. Persiapan Lahan Budidaya
Tujuan utamanya adalah memperbaiki struktur tanah dan mengurangi gulma. Disarankan untuk membajak tanah sekali, kemudian memutar / garu dan mengangkatnya
Pada pengolahan tanah saat usia umur tanam h-7 digunakan pupuk GDM Black Bos dengan takaran 5 Kg per hektarnya yang disebar dengan cara menyemprot secara merata pada tanah dan pupuk GDM SAME dengan takaran 150 Kg per hektar dan ditebar secara merata di tanah.
Kriteria lahan tanam budidaya yang tepat sebagai berikut:
- Pengolahan tanah dapat dilakukan pada musim kemarau atau pada awal musim hujan pada saat kadar air tanah sekitar 75° dari kapasitas lapang.
- Lahan miring dibuat tegak lurus terhadap kontur untuk mengurangi kehilangan tanah akibat erosi. Balok pada tanah datar atau agak miring dapat dibuat searah atau tegak lurus dengan kontur.
- Stek dari batang pangkal dan batang tengah berumur antara 16 dan 24 bulan kurang baik karena lambat berkecambah Batang yang terserang kutu putih atau kutu, bakteri bakteri, antraknosa atau gangguan fisiologis sebaiknya tidak dipilih sebagai bahan tanam. stek dari tanaman sebelumnya dan simpan di tempat teduh, atau petani lain di sekitarnya.
- Waktu tanam Singkong terutama yang ditanam di lahan, tergantung pada curah hujan. Umur 5-6 bulan merupakan masa pertumbuhan yang cepat sehingga ketersediaan air pada masa ini akan menentukan pertumbuhan dan produktivitas.
- Oleh karena itu pada saat penanaman perlu diperhatikan kecukupan air pada periode tersebut. Pemberian air menjelang akhir masa pertumbuhan sangat menguntungkan karena terjadi proses penimbunan karbohidrat yang lebih baik pada umbi, sebaliknya jika terjadi kelebihan air maka pertumbuhan vegetatif singkong subur tetapi hasil umbi berkurang.
- Dengan kelembaban tanah yang tinggi, umbi singkong cenderung membusuk.
2. Pemilihan Bibit Tanaman Singkong
- Bibit tanaman singkong bisa diperoleh dari tanaman muda yang mulai tumbuh pada tanaman indukan. Biasanya berupa tumbuhnya daun muda, batang muda yang tumbuh bisa dimanfaatkan sebagai bibit tanaman singkong yang bisa ditanam kembali.
- Cara mendapatkan bibit tanaman singkong, ada bisa memotong dengan model tombak bagian bawahnya. Dengan ukuran sekitar 3-5 cm batang muda singkong bisa dimanfaatkan untuk bibit baru yang nantinya akan tumbuh akar.
- Untuk mendapatkan bibit tanaman singkong yang bagus, bisa dilihat dari tanaman induk yang diambil. Mulai dari pertumbuhan akar yang nantinya menjadi umbi.
- Bibit stek tanaman singkong sebelum ditanam disarankan untuk disterilkan dengan Pupuk Organik Cair GDM Spesialis Tanaman Pangan.
- Salah satu kegunaan perendaman ini, tentunya untuk mengantisipasi adanya kualitas pertumbuhan yang nantinya terganggu. Tidak hanya itu saja, tapi meminimalisir adanya serangan penyakit yang menghambat perkembangan tanaman singkong.
- Penggunaan Pupuk Organik Cair GDM Spesialis Tanaman Pangan dengan takaran 250 ml:10 Liter air, dengan interval waktu perendaman selama 3 sampai 4 jam.
3. Cara Menanam Singkong
Disarankan menanam stek dalam posisi tegak, kedalaman tanam yang disarankan adalah 5-15 cm tergantung pada kelembaban tanah. Cara tanam stek lebih dalam dilakukan karena stek sering membusuk.
Stek ditanam secara vertikal (atau setidaknya pada sudut 60 derajat ke tanah) dan secara horizontal tidak berbeda hasilnya. Lokasi tanam horizontal menghasilkan lebih sedikit kecambah saat tanah kering dan hangat serta akarnya dangkal, sehingga tanaman mudah rontok.
Namun, lokasi penanaman horizontal lebih mudah untuk dipanen.Sebelum ditanam, stek dapat diberi fungisida untuk mencegah serangan jamur, atau dengan biostimulan organik (misalnya Citorin) untuk merangsang pertumbuhan akar.
Sistem Tanam Monokultur
- Pada sistem ini, singkong ditanam tanpa dicampur dengan tanaman lain. Sistem tanam ini umum digunakan pada daerah Lampung dan beberapa daerah Jawa.
- Jarak tanam antar bibit berkisar 100 cm x 100 cm. Lahan yang dinilai kurang subur maka jarak tanam lebih dirapatkan, yakni dari 100 cm menjadi 80 cm atau 70 cm antar baris.
- Pada lahan subur, jarak tanam lebih direnggangkan, yakni 125 cm.
Sistem Tanam Tumpangsari
- Singkong yang ditanam dalam sistem tumpang sari dengan tanaman pangan lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, meningkatkan pendapatan sebesar 10-20%, memperbaiki kesuburan fisik dan kimia tanah, dan mengurangi erosi.
- Populasi ubi kayu yang optimum adalah 10.000 tanaman/ha yaitu dengan jarak tanam 100 cm x 100 cm Dikombinasikan dengan tanaman pangan lain (jagung, kacang tanah atau padi gunung), ubi kayu ditanam 20 hari setelah tanam.
- Pengurangan Tunas Pengurangan tunas dilakukan pada umur 2 bulan dengan menyisakan 2 tunas/tanaman yang tumbuh subur dan vigor baik.
- Cara ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan antara pertumbuhan tanaman di bagian atas tanah dengan perkembangan umbi di dalam tanah.
- Tunas yang lebih dari 2 menyebabkan pertumbuhan daun terlalu lebat dan berakibat perkembangan umbi kurang optimal.
4. Cara Merawat Tanaman Singkong
Penyiangan
Selama masa setelah tanam, lahan yang subur tentu ditumbuhi rumput maupun gulma disekitar tanaman singkong. Idealnya Anda melakukan penyiangan 2 kali dalam satu musim agar lebih menjaga kualitas tanaman singkong.
b. Penyulaman
Idealnya untuk budidaya singkong yang menghasilkan singkong dengan kualitas bagus, tentu harus diimbangi pemantauan pertumbuhan tanaman singkong.
Bibit yang tidak tumbuh bisa diganti dengan bibit yang baru lebih sehat, lakukan pada minggu pertama serta kedua setelah masa tanam.
c. Pembubunan dan Pemangkasan
Lahan tanam yang terkikis setelah masa tanam, bisa dilakukan pembubunan yang menjadikan lahan tanam lebih gembur. Meminimalisir cabang dengan melakukan pemangkasan tunas yang tidak penting bisa dilakukan ketikan tanaman singkong beranjak dewasa.
5. Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Singkong
Hama yang kerap menyerap tanaman singkong diantaranya ialah :
a. Tungau merah (Tetranychus urticae Koch.)
Tungau betina bertelur di bagian bawah daun dekat tulang daun, tetapi pada populasi tinggi telur diletakkan secara acak. Telur menetas dalam 2-4 hari dan sekitar 6 hari kemudian akan menjadi dewasa dengan warna agak merah. jingga Tungau betina dapat hidup hingga empat minggu. Populasi tungau dan produksi telur meningkat pada musim kemarau, sehingga serangan biasanya terjadi pada musim kemarau (Juni-Agustus). Populasi hama akan menurun selama dan setelah musim hujan.
- Gejala serangan Gejala awal berupa bercak kuning di sepanjang urat daun bagian bawah dan tengah, kemudian menyebar ke seluruh permukaan daun sehingga daun berwarna kemerahan, coklat atau berkarat. Pada serangan yang parah, daun menjadi layu dan rontok, menyebabkan umbi semakin mengecil.
- Cara pengendalian Pengendalian ekologis meliputi penanaman varietas tahan, penyemprotan air beberapa kali agar tungau tersapu oleh air, penanaman sedini mungkin pada musim hujan, dan penggunaan musuh alami seperti famili Coccinellidae (Stethorus sp., Chilomenes sp. dan Verania sp.) Darul Hidayah, varietas lokal Cecek Ijo dan Kaspro sangat rentan.
b. Kepinding tepung (Phenacoccus sp.)
Dinamika populasi kutu putih dipengaruhi oleh suhu. Populasinya tinggi di musim kemarau dan rendah di musim hujan. Semakin hangat suhu udara, semakin cepat perkembangannya, jantan dan betina. Siklus cochineal betina. dibutuhkan 90 hari pada 20 ° C dan 38 hari pada 25 ° C. Siklus kutu busuk jantan adalah separuh dari waktu yang dibutuhkan kutu busuk betina.Populasi kutu busuk tertinggi ditemukan pada daun, diikuti oleh batang, dan terendah pada tangkai daun dan daun muda yang terbuka penuh.
- Gejala yang disebabkan Kutu tepung adalah hama yang menghisap cairan dari daun dan batang tanaman. Racun yang dibawa oleh air liur parasit menyebabkan gejala pengerdilan pada daerah titik tumbuh, ruas memendek, daun yang baru tumbuh menjadi kecil dan layu. Pada serangan berat, titik tumbuh tanaman menjadi layu dan mengering. Serangan pada daun bagian bawah menyebabkan daun rontok.
- Pengendalian Tanaman sedini mungkin pada awal musim hujan, menggunakan stek yang bersih dan sehat, merendam stek dalam air panas pada suhu 52oC selama 10 menit Pengendalian hayati hama A. coccoid, Epidinocarsis diversicornis, Anagyrus putonophilus , A. Insolitus dan Apoanagyrus elgeri Predasi kutu busuk sebagian besar dari keluarga Coccinellidae (Coleoptera).Pengendalian kimiawi dengan insektisida dengan bahan aktif organofosfat dan dimetoat.
c. Lundi/uret (Anomala cuprea, A. rufocuprea, Blitopertha orientalis, Holotrichia parallela, Maladera japonica, M. matrida, Phyllophaga ephilida) (Coleoptera: Scarabaeidea).
Lundi memiliki inang yang beragam seperti Chenopodium dan Amaranthus yang berada. Telur menetas dalam 7- hingga 10 hari tergantung pada suhu dan kelembaban tanah.
Ketika telur menetas, larva stadium 1 muncul dan memakan akar rumput selama dua minggu, kemudian berganti kulit ke stadium 2 dan makan selama sekitar tiga minggu, kemudian berubah menjadi instar 3 dan terus memberi makan dari pertengahan Agustus hingga memasuki fase pupa. (fase istirahat / transisi) selama dua minggu pertama bulan Juni tahun berikutnya.
- Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini ialah dengan memakan atau menyerang akar tanaman, sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Akar yang diserang akan menyisakan 1–3 larva pada tanah disekitarnya. Pada daerah yang endemik intensitas serangan dapat mencapai 50%.
- Pengendalian dapat dilakukan dengan kontrol rotasi tanaman dengan tanaman non-inang (kedelai dan padi sawah) untuk menghentikan siklus hama, pembersihan, penaburan simultan, penghapusan sisa tanaman dan gulma, pengolahan tanah untuk mengekspos telur dan larva predator dan impregnasi cahaya matahari dan tanah untuk 48 jam
- Pengendalian hayati dengan jamur Metarhizium anisopliae Pengendalian mekanis dengan pemasukan uretan, pemasangan perangkap lampu dengan tangki berisi air sabun Penggunaan insektisida hayati, misalnya dengan Metaribb 100 kg/ha dicampur dengan kompos 200 kg/ha dan merata tanah setelah pengolahan.
Penyakit yang kerap menyerang tanaman singkong beberapa diantaranya ialah :
a. Bercak daun coklat (Cercosporidium henningsii/Cercospora henningsii, C. manihotis)
Bioekologi. Penyakit ini banyak terjadi di daerah dengan curah hujan dan suhu yang tinggi. Angin dan air hujan membawa spora jamur dari daun yang sakit ke daun yang sehat di sekitarnya. Dalam kondisi lembab, spora berkecambah membentuk tunas buluh dan masuk ke daun melalui mulut daun. Selama musim kemarau jamur mempertahankan diri terhadap bintik-bintik, bahkan pada daun yang jatuh.
- Gejala yang sering terjadi ialah pada daun bagian bawah (daun tua) karena lebih rentan. Gejala pertama berupa bercak kecil berwarna putih sampai coklat muda yang terlihat jelas pada sisi atas daun, tepi bercak kadang dibatasi oleh lingkaran agak ungu, kemudian bercak coklat tersebut telah mati karena jaringan daun (nekrosis). Jaringan daun nekrotik mudah rontok dan muncul bekas penyakit. Jika serangan parah, daun menguning, mengering dan rontok
- Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan, mengatur jarak agar tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban, dan penyemprotan dengan fungisida.
b. Bercak daun baur (Diffuse leaf-spot, Cercospora viscosae)
Penyakit ini menyerang terutama pada musim hujan di daerah hangat atau lembab. Selama ini disebabkan oleh cendawan C. viscosae. Cendawan ini lebih banyak menyerang daun tua daripada daun muda.
- Gejala yang ditimbulkan berupa bercak besar (sampai seperlima luas daun), berwarna coklat tanpa batas yang jelas.Seringkali bintik-bintik berada di ujung daun, berbentuk V terbalik. Permukaan atas bercak berwarna coklat merata, tetapi bagian bawahnya berwarna keabu-abuan, yang sesuai dengan spora jamur. Serangan sering dikaitkan dengan penyakit bercak coklat.
- Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menanam varietas yang kuat, mengatur jarak agar tidak terlalu berdekatan untuk mengurangi kelembaban, penyemprotan dengan fungisida.
c. Antraknose (Colletotrichum gloeosporioides.sp manihotis, Synonim: Gloeosporium manihotis, G. manihotis)
Penyakit ini biasanya berkembang pada musim hujan yang berkepanjangan. Perkembangan patogen optimal dengan kelembaban 85-90% dan 28oC. Mikroba patogen memiliki beberapa tanaman inang seperti kopi, alpukat, cabai dan pisang.
Intensitas serangan pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Mikroba juga dapat berkembang pada sisa-sisa tanaman di permukaan tanah dan disebarkan oleh percikan air hujan.
- Gejala yang ditimbulkan ialah dimana Antraknosa menyerang permukaan batang, tangkai daun dan daun. Di permukaan batang, muncul benjolan kecil seperti bisul. Penyakit ini disebut juga dengan kanker batang. Pangkal tangkai daun yang terserang mudah patah, menyebabkan daun menjadi layu.Serangan yang parah menyebabkan pucuk mati dan gabus layu, sehingga batang mudah patah.
- Pengendalian yang dilakukan sebaiknya digunakan tanaman sehat yang tidak terinfeksi antraknosa, rendam stek dalam larutan fungisida sebelum tanam.
d. Busuk pangkal batang/akar/umbi (Fusarium spp., Diplodia sp., Botryodiplodia spp., Sclerotium rolfsii, Phythophthora spp.)
Busuk akar dan busuk umbi dapat disebabkan oleh patogen tanah Fusarium, Botriodiplodia, Sclerotium dan Phythophtora sp. yang merupakan patogen lemah. Penyakit ini banyak menyerang pada musim hujan, terutama pada tanah yang memiliki sistem drainase buruk. Alat pertanian yang bersentuhan dengan batang/umbi yang terinfeksi merupakan vektor penyebaran penyakit.
- Gejala yang ditimbulkan oleh Cendawan yang menyerang bagian tanaman terutama di dekat permukaan tanah, terutama pangkal batang, akar dan umbi. Serangan akar menyebabkan kerusakan pada akar, daun menguning, daun layu berguguran, pembentukan dan pembengkakan umbi terhambat, dan umbi membusuk.
- Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan, gunakan bibit yang sehat, bakar akar / umbi / batang yang terinfeksi segera setelah panen, perbaiki drainase dan gundukan.
6. Cara Pemupukan Tanaman Singkong
Singkong merupakan tanaman yang sangat toleran terhadap tanah masam (pH rendah), sehingga sebaiknya digunakan pupuk yang memiliki kandungan nutrisi tinggi untuk dapat mengoptimalkan hasil panen tanaman singkong, yakni :
- Perendaman stek pada umur tanam 0 hari atau hari h penanaman, maka digunakan Pupuk Organik Cair GDM Spesialis Tanaman Pangan dengan takaran 250 mL : 10 L per hektarnya dengan cara stek direndam selama 3 hingga 4 jam
- Pemupukan pertama dilakukan pada umur 1-8 minggu setelah tanam, dengan menggunakan Pupuk Organik Cair GDM Spesialis Tanaman Pangan dengan takaran 8 liter dan disemprotkan secara merata ke seluruh tanah
- Pemupukan kedua dilakukan pada umur 9 minggu setelah tanam dengan menggunakan pupuk GDM SAME dengan takaran 100 kg per hektarnya dan disemprot secara merata serta menggunakan pupuk GDM Black Bos dengan takaran 5 Kg per hektarnya dan disemprot secara merata
- Pemupukan ketiga dilakukan saat umur tanam melebihi 10 minggu menggunakan Pupuk Organik Cair GDM Spesialis Tanaman Pangan dengan takaran 8 liter yang disemprotkan secara merata dan diaplikasikan setiap 2 minggu.
7. Pemanenan Singkong
- Singkong dapat dipanen pada umur 6-8 bulan, umur 8-10 bulan dan umur 10-12 bulan. Penyebabnya ialah harga jual. Harga jual menjadi pertimbangan petani untuk segera panen atau tidak.
Dengan harga yang baik, petani cenderung panen lebih awal. Penentuan umur tanaman sangat penting karena berkaitan dengan kadar air dan kadar pati Kadar air menurun seiring dengan bertambahnya umur umbi. Disisi lain, tingkat pati meningkat seiring bertambahnya usia tanaman.
Singkong dapat dipanen dengan cara dicabut secara manual ataupun menggunakan pengungkit apabila dirasa kondisi tanah keras. Dapat pula digunakan mesin pencabut atau harvester. Umumnya pada cara pemanenan secara manual, umbi yang sudah dipanen kemudian segera dipisahkan dengan batang.
Umbi yang telah dipanen hendaknya segera diproses maupun dimanfaatkan. Apabila umbi dibiarkan selama 3 hari tanpa perlakuan apapun dapat menyebabkan kerusakan dan terjadinya pembusukan pada singkong.(gdm.id)
Tidak ada komentar