Kemenkes Pantau Perkembangan Varian Deltakron
Baturajaradio.com- Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan varian deltakron. Varian yang merupakan gabungan mutasi delta dan omikron ini telah terdeteksi di beberapa negara di Eropa.
"Ini masih dimonitor perkembangannya. Karena belum ada bukti terkait peningkatan penularan, keparahan dan lainnya," kata Siti Nadia Tarmizi menjawab pertanyaan Antara lewat aplikasi pesan, di Jakarta, Ahad (13/3).
Sebelumnya, varian deltakron dikonfirmasi melalui pengurutan genom yang dilakukan para ilmuwan di IHU Mediterranee Infection di Maseille, Prancis. Varian itu telah terdeteksi di beberapa wilayah Prancis, Denmark, dan Belanda.
Secara terpisah, dua kasus teridentifikasi di Amerika Serikat dan 30 kasus dilaporkan teridentifikasi di Inggris. Varian tersebut adalah hibrida yang muncul lewat proses yang disebut rekombinasi, yakni dua varian virus menginfeksi individu secara bersamaan mengakibatkan bertukar materi genetik dan menciptakan varian baru.
Nadia menjelaskan, pemerintah terus melakukan pemantauan perkembangan dan mendorong percepatan upaya vaksinasi Covid-19. "Ya artinya menghadapi apapun juga potensi penularan, percepatan vaksinasi booster dan primer harus disegerakan," ujar Nadia.
Pada Sabtu (12/3), ungkap Nadia, kasus harian sudah mengalami tren penurunan. “Kita bisa lihat bahwa selama lebih dari 15 hari tren penurunan ini terjadi terutama di Jawa Bali, dan di luar Jawa Bali pun sudah terjadi penurunan kasus,” kata dia.
Pekan lalu, Nadia mengatakan, hanya tinggal lima provinsi yang masih terjadi peningkatan kasus. “Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Aceh. Jadi, hampir sebagian besar ini berada di luar Jawa Bali,” kata Nadia.
Pada Januari lalu, laporan mengenai adanya varian "gabungan" delta dan omikron atau deltakron memicu perdebatan di antara para ilmuwan. Sebagian menilai, varian tersebut tidak nyata dan merupakan kesalahan laboratorium. Akan tetapi, saat ini keberadaan varian deltakron telah dikonfirmasi.
Konfirmasi mengenai keberadaan varian baru deltakron ini dikeluarkan setelah adanya beberapa laporan dari peneliti di berbagai belahan dunia. Ada total 39 kasus infeksi varian deltakron yang telah diunggah ke GISAID. Sebanyak 30 di antarnya berasal dari Prancis, delapan dari Denmark, dan satu dari Belanda.
Selain itu, sudah ada 41 pasien Covid-19 terinfeksi deltakron yang berhasil diidentifikasi di Amerika Serikat dan Eropa. Belum lama ini, Inggris mengonfirmasi keberadaan varian deltakron, meski dalam jumlah yang sangat kecil.
Kemunculan varian deltakron di Inggris ini sejalan dengan mulai meningkatnya kasus Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Peningkatan ini dinilai berkaitan dengan mulai memudarnya imunitas yang dimiliki oleh kelompok lansia. Di samping itu, pengenduran restriksi juga dinilai berperan besar dalam terjadinya peningkatan kasus Covid-19 di Inggris.
"Kita mungkin akan terus melihat tingkat infeksi dan prevalensi yang tinggi pada satu dari 30 orang di masa mendatang," jelas pendiri dan ilmuwan dari ZOE Profesor Tim Spector, seperti dilansir The Sun akhir pekan lalu.
Ilmuwan dari IHU Mediterranee Infection, Philippe Colson, telah melaporkan tiga kasus varian deltacron di Prancis dalam sebuah paper yang dia unggah di medRxiv. Menurut Colson, masih terlalu dini untuk menentukan seberapa besar ancaman yang dibawa oleh varian deltakron mengingat tidak ada cukup banyak kasus untuk dipelajari.
Berkaitan dengan kemunculan varian deltakron, ketua teknis untuk Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan, rekombinan merupakan sesuatu yang mungkin terjadi. Terlebih, saat ini varian delta dan omikron beredar secara intens.
Rekombinan tercipta ketika dua virus menginfeksi satu sel dan materi genetik dari kedua virus tersebut berpadu. Perpaduan inilah yang kemudian menghasilkan varian baru. Proses ini merupakan bagian dari evolusi virus. "Ini bukti solid pertama (bahwa deltakron benar ada)," ungkap ahli virologi Jeremy Kamil.
Per Februari 2022, Health Security Agency Inggris mengelompokkan varian deltakron sebagai "sinyal di bawah investigasi". WHO juga mengungkapkan bahwa mereka sedang menelusuri dan mendiskusikan sifat-sifat varian deltakron.
Hingga saat ini, vaksinasi masih menjadi upaya terbaik dalam melindungi diri di masa pandemi Covid-19. Agar proteksi yang terbentuk dari vaksinasi bisa kembali optimal, diperlukan adanya pemberian dosis tambahan atau booster.
Sumber : antara
Tidak ada komentar