Demi Dapatkan Solar, Pengendara Mobil di OKU Timur Rela Antre Satu Jam di SPBU
Baturajaradio.com - Antrean solar beberapa hari ini ternyata juga terjadi di Martapura Kabupaten OKU Timur.
Dari pantauan di sejumlah SPBU yang berada di Kotabaru Martapura Kamis (24/3/2022), terlihat ramai banyak kendaraan yang mengantre.
Kendaraan tersebut bermacam-macam, mulai dari mobil pikap, truk bahkan bus pembawa penumpang antara kota.
Antrean kendaraan tersebut, nampak memanjang hingga nyaris mendekati bahu jalan.
Kendaraan-kendaraan tersebut terpantau sudah mengantre sejak lama, bahkan ada yang mencapai satu jam.
Ironisnya lagi, hanya terlihat satu petugas saja yang sedang melayani para pengendara yang mengantre solar.
Soni pengendara Pikap yang juga ikut mengantre menyebutkan, ia sudah mengantre sekitar satu jam.
Meski sudah satu jam mengantre, ia juga belum mendapatkan solarnya.
"Mau puter balik juga susah, di tempat lain juga rame antrean solar," keluhnya.
Ia menyampaikan bahwa mengendarai mobil dari Jakarta dan hendak menuju ke Padang.
"Saya juga mengantre lama di SPBU di kawasan Kota Lampung," tuturnya.
Antrean panjang kendaraan yang akan mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar di SPBU sudah menjadi pemandangan rutin di hampir semua SPBU belakangan ini.
Penyebabnya karena harga solar non subsidi (Dexlite) sudah tiga kali naik sejak awal tahun sehingga harganya terus meroket dan membuat pemilik kendaraan beralih membeli solar subsidi.
Bukan cuma kendaraan angkot atau kendaraan barang saja yang antre beli solar namun juga banyak kendaraan mewah ikut antre beli solar subsidi, padahal secara spesifikasi tidak cocok untuk mesin kendaraanya.
Salah satu antrean panjang kendaraan yang akan membeli solar bisa dilihat setiap hari di SPBU Demang Lebar Daun.
SPBU yang buka 24 jam ini mendapat pasokan solar 16 ton per hari. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya 24 ton per hari.
"Iya pasokan solar dikurangi, kapasitas dispenser 30 ton per hari tapi kini cuma dipasok 16 ton per hari dari awalnya 24 ton," kata pemilik SPBU Ahmad Najib, Selasa (22/3/2022).
Dia mengatakan 16 ton solar ini tidak cukup melayani kebutuhan BBM kendaraan karena biasanya sore hari solar sudah habis.
Paling lama juga menjelang malam sudah habis, padahal SPBU beroperasi 24 jam.
Dia berharap pasokan solar bisa ditambah agar bisa memenuhi permintaan konsumen karena antusias konsumen tinggi.
Diakui Najib banyak kendaraan rela antre lama beli solar karena Dexlite sudah dua kali naik sejak awal tahun dari semula dibandrol Rp 9.700 per liter pada Januari dan naik jadi Rp 12.400 Februari dan Maret kembali lagi naik jadi Rp 13.250.
Sementara itu harga solar dibandrol Rp 5.150 per liter.
Selisih harga lebih dari 50 persen ini membuat pemilik kendaraan rela antre lama asal dapat solar.
"Naiknya lebih 2x lipat jadi yang dulu pakai Dexlite sekarang malah isi solar lagi, padahal seharusnya kendaraan yang sudah diterapkan standar gas buang Euro 4 harus tetap diisi BBM berkualitas agar gas buang bersih dan kendaraan tidak mudah rusak sebab solar mengandung banyak serat sawitnya sehingga membuat kendaraan mudah rusak," terang mantan crosser nasional itu.
Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) saat dikonfirmasi terkait panjangnya antrean kendaraan beli solar di hampir semua SPBU mengatakan akan memaksimalkan penyaluran solar subsidi.
Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional saat ini yang realisasinya diatas 5 % pasti akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan energi, salah satunya solar subsidi.
Menyikapi hal ini, Pertamina Patra Niaga akan terus memastikan stok dan menjamin terjaganya proses distribusi di lapangan maksimal.
“Stok Solar subsidi secara nasional di level 20 hari dan setiap hari stok ini sekaligus proses penyaluran ke SPBU terus dimonitor secara real time.
Namun perlu diketahui secara nasional per Februari penyaluran solar subsidi telah melebihi kuota sekitar 10 %,” jelas Irto.
Irto melanjutkan Pertamina Patra Niaga akan terus memonitor seluruh proses distribusi mulai dari Terminal BBM hingga konsumen untuk memastikan SPBU selalu tersedia bahan bakar bagi masyarakat.
Khusus solar subsidi, pihaknya akan fokus pelayanan di jalur logistik serta jalur-jalur yang memang penggunannya adalah yang berhak menikmatinya.
“Jadi masyarakat tidak perlu khawatir dan tidak perlu panic buying. Pembelian bahan bakar kami imbau untuk tetap sesuai dengan kebutuhan dan untuk tetap hemat dalam penggunaannya mengingat saat ini harga minyak sangatlah mahal,” lanjutnya.
Mengacu pada Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014, pengguna yang berhak atas solar subsidi untuk sektor transportasi adalah kendaraan bermotor plat hitam untuk pengangkut orang atau barang, kendaraan bermotor plat kuning kecuali mobil pengangkut hasil tambang dan perkebunan dengan roda lebih dari 6, kendaraan layanan umum seperri ambulance, pemadam kebakaran, pengangkut sampah, kapal angkutan umum berbendera Indonesia, kapal perintis, serta kereta api penumpang umum dan barang.
Untuk memastikan agar pengguna yang berhak atas solar subsidi bisa dipahami masyarakat, Pertamina bersama seluruh stakeholder dan Pemerintah melalui BPH Migas akan terus meningkatkan edukasi dan sosialisasi mengenai regulasi yang telah dibuat mengenai penyaluran Solar subsidi.
“Solar subsidi yang sesuai peruntukannya, sehingga pengguna Solar subsidi akan tepat sasaran dan masyarakat akan makin bijak menggunakan bahan bakar sesuai spek mesin kendaraannya.
Untuk pelaku industri dan masyarakat mampu kami imbau agar menggunakan BBM diesel non subsidi seperti Dexlite dan Pertamina Dex, dan Solar subsidi bisa digunakan oleh saudara kita yang lebih berhak dan membutuhkan,” terang Irto.
Pertamina Patra Niaga akan terus menggandeng masyarakat, Pemerintah, dan seluruh pihak terkait dalam pengawasan Solar subsidi agar lebih tepat sasaran.
Jika ada Indikasi penyalahgunaan Solar subsidi masyarakat dapat melaporkan langsung ke aparat, dan jika kesalahan ada di pihak SPBU, Pertamina juga tidak segan akan menindak SPBU tersebut.
Untuk informasi terkait seluruh produk dan layanan Pertamina, ataupun jika Ingin memberikan informasi terkait Solar subsidi di lapangan, masyarakat dapat langsung menghubungi Pertamina Call Center (PCC) 135.
(https://palembang.tribunnews.com/2022/03/24/demi-dapatkan-solar-pengendara-mobil-di-oku-timur-rela-antre-satu-jam-di-spbu?page=4)
Tidak ada komentar