AS Bakal Dikenai Sanksi Ekonomi oleh Liga Arab
Baturajaradio.com - Sejumlah di kawasan Arab kompak mendesak kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membatalkan pernyataannya terkait Yerusalem.
Mereka pun menyebut keputusan Presiden AS yang ingin memindahkan kantor kedutaan ke Yerusalem sebagai pelanggaran yang membahayakan hukum internasional.
"Keputusan AS tidak memiliki kekuatan hukum dan hanya menambah ketegangan, menyulut kemarahan dan ancaman lebih banyak wilayah jatuh dalam kekerasan dan kekacauan," demikian pernyataan dari Liga Arab dikutip Express, Minggu (10/12/2017).
Seperti dijelasan Menteri Luar Negeri Lebanon Gebran Bassil dalam ajakannya kepada negara-negara Arab untuk mempertimbangkan penjatuhan sanksi ekonomi kepada AS.
"Langkah pencegahan harus diambil. Dimulai dengan tindakan diplomatik, lalu politik, kemudian bisa ditingkatkan pada sanksi ekonomi dan keuangan," kata Bassil.
Liga Arab berjanji bakal mendesak PBB untuk menolak langkah Trump dalam sebuah resolusi dari Dewan Keamanan.
Status Yerusalem telah menjadi salah satu hambatan terbesar dalam kesepakatan Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibukotanya. Orang-orang Palestina menginginkan bagian timur kota sebagai ibu kota negara merdeka masa depan mereka sendiri.
Presiden Trump telah mengambil keputusan untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel dengan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota sengketa itu. antara Israel dan Palestina.
Sebelumnya, Negara-negara Liga Arab, menggelar pertemuan di markas besar mereka di Kairo, Mesir, pada Minggu (19/11/2017).
Dalam pertemuan para menteri luar negeri yang diprakarsai Arab Saudi itu memiliki agenda tingkatkan persatuan di kawasan Timu tengah terkait masalah agresi dari Iran.
Iran dianggap bertanggung jawab atas serangkaian peristiwa yang terjadi pada 4 November.
Yang pertama adalah roket kelompok pemberontak Houthi yang melesat dan diduga mengincar Bandara Internasional King Khaled sebelum berhasil dimusnahkan.
Kemudian pengumuman pengunduran diri Perdana Menteri Lebanon, Saad al-Hariri.
Hariri diduga mundur setelah diancam oleh Iran agar ikut serta menentang Saudi dengan menyatakan Hizbullah menjamin keamanan di sana.
Apalagi dalam pernyataannya, Hariri menuduh Iran sudah menancapkan kekuasaan di Lebanon.
Kemudian, konflik Yaman yang pecah pada 2014 ketika Houthi merebut ibu kota Sana'a.
Kudeta itu memaksa Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui internasional mengungsi ke Aden.
Selain itu, Hariri merasa dia dan keluarganya tengah menjadi target pembunuhan sama seperti ayahnya, Rafik al-Hariri, yang dibunuh 2005.
Dilansir Arab News, Saudi dan Bahrain mendesak agar seluruh anggota Liga Arab bersatu dan berkonfrontasi dengan Irak.
"Kita berkewajiban untuk mengambil langkah serius untuk mencegah agresi (Iran) demi menciptakan keamanan di negeri kita," kata Menlu Saudi, Adel al-Jubeir.
Jubeir kemudian meminta kepada seluruh anggota Liga Arab agar melaksanakan pertemuan lanjutan Selasa (21/11/2017).
Advertisment
Ucapan Jubeir mendapat dukungan Bahrain lewat menlunya, Khalid bin Ahmed Al Khalifa.
Khalid menyatakan, Bahrain sejak lama sudah menderita berbagai "tusukan" dari Teheran.
"Iran memiliki pasukan di seluruh kawasan ini, dengan sebagian besar adalah Hizbullah," tegas Khalid dikutip dari Al Jazeera.
Sementara Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit menuturkan, Iran telah memberi sinyal ancaman yang tidak bisa diterima.
Lewat program pengembangan misilnya, Iran dinilai telah menebarkan ancaman terhadap keamanan seluruh negara di wilayah Arab.
"Saya meminta Iran agar meninjau kebijakan politiknya di seluruh kawasan, dan menghentikan intervensinya," tegas Gheit.
Arab News melansir, pertemuan setingkat menlu itu tidak dihadiri menlu dari Lebanon dan Irak.
Menlu Lebanon Gebran Bassil digantikan oleh Antoine Azzam yang merupakan delegasi Liga Arab.
Kemudian Menlu Irak, Ibrahim al-Jaafari, digantikan Nizar Khair Allah.
Pergantian itu dikarenakan dua menteri tersebut dianggap menjadi pendukung Irak.
Apalagi, Bassil merupakan menantu Presiden Michel Aoun yang dikenal sebagai sekutu dekat Hizbullah.
Diberitakan Kompascom sebelumnya dengan judul "Liga Arab Pertimbangkan Beri Sanksi Ekonomi pada AS"
(http://palembang.tribunnews.com)
Tidak ada komentar