Nilai Tukar Rupiah Melemah Terhadap Dollar AS, Ini Sebabnya
Baturaja Radio - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah pada Senin (2/10/2017). Padahal, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan hari yang sama.
Mengutip Bloomberg, rupiah berada pada posisi Rp 13.584 per dollar AS pada penutupan perdagangan. Nilai tukar rupiah dibuka pada posisi Rp 13.574 per dollar AS, melemah dibandingkan penutupan hari perdagangan sebelumnya, yakni Rp 13.472 per dollar AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah berada pada posisi Rp 13.584 per dollar AS pada penutupan perdagangan. Nilai tukar rupiah dibuka pada posisi Rp 13.574 per dollar AS, melemah dibandingkan penutupan hari perdagangan sebelumnya, yakni Rp 13.472 per dollar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah berada pada posisi Rp 13.499 per dollar AS. Angka ini pun melemah dibandingkan posisi pada Jumat (29/9/2017) atau penutupan perdagangan sebelumnya yang berada pada level Rp 13.492 per dollar AS.
Analis riset FXTM Lukman Otunuga menyebut, sebagian besar mata uang negara-negara berkembang (emerging markets) melemah. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang membuat dollar AS perkasa.
"Rupiah kehilangan kekuatannya atas dollar AS yang menguat," kata Otunuga dalam laporannya, Selasa (3/10/2017).
Sementara itu, IHSG tercatat ditutup menguat 0,3 persen ke level 5.918,586. Otunuga menyatakan, penguatan IHSG disebabkan respon positif investor terhadap data inflasi yang dirilis kemarin.
Sekedar informasi, inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada September 2017 tercatat sebesar 0,13 persen secara bulanan (mtm). Dengan demikian, inflasi tahunan berada pada posisi 3,72 persen.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menyatakan, kebijakan bank sentral beberapa negara maju yang akan memperketat kebijakan moneternya dan penurunan neraca keuangan bank sentral AS Federal Reserve diperkirakan bakal memengaruhi arus modal asing di negara berkembang. Akhirnya, dollar AS menguat.
Josua memandang, meskipun dollar AS menguat, namun masih ada beberapa risiko yang menghantuinya. Risiko itu antara lain ketidakpastian geopolitik di Korea Utara.
"Respon pasar terhadap rencana pengetatan kebijakan moneter The Fed akan sangat memengaruhi pergerakan dollar AS terhadap mata uang dunia," ujar Josua kepada Kompas.com.(.tribunnews.com)
Tidak ada komentar