Kementan Minta Petani Tanam Cabai Setiap Musim
Baturaja Radio - Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian
(Kementan) meminta petani cabai untuk tidak bertanam di satu musim. Hal
tersebut untuk menjaga agar stok cabai tidak melimpah hanya di waktu
tertentu tapi terus berkesinambungan.
"Dengan demikian, harganya relatif stabil, karena ketersediaannya di setiap bulan," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Spudnik Sujono melalui keterangan tertulis, Selasa (19/9).
Informasi itu pun dilakukan untuk memastikan pihaknya memberikan bantuan kepada para petani pemula dalam mengembangkan usahanya dan meningkatkan kompetensinya. Salah satu petani pemula yang mendapat bantuan dari Kementan adalah Widodo (25 tahun). Warga Dusun Kalipakem, Desa Seloharjo Kecamatan Pundong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini tidak memiliki latar belakang pendidikan pertanian, melainkan advertising. Untuk itu pemberian informasi dilakukan agar budidaya cabai dilakukan dengan benar dan memiliki nilai ekonomi yang kompetitif.
"Kita sudah menyarankan Saudara Widodo bergabung dengan kelompok tani (poktan) yang sudah ada atau membentuk sendiri, agar dalam membudidayakan cabainya bisa dilakukan dengan optimal," katanya.
Koordinasi dan meminta informasi kepada petugas penyuluh atau ke Dinas Pertanian setempat juga perlu dilakukan Widodo dan petani pemula lainnya dalam kegiatan bertani, agar bisa selaras dengan program pemerintah. Berdasarkan hasil kunjungan pihaknya ke Pondong, diketahui kondisi tanaman cabai Widodo sedang berbuah muda dan layu karena tidak ada ketersediaan air yang mencukupi.
Sebelumnya warga Dusun Palipakem, Bantul, DIY ini ramai diberitakan karena menggratiskan cabai yang ada di kebun belakang rumahnya seluas 100 meter persegi dengan populasi sekitar 200 tanaman. Alasannya, harga cabai sedang turun dan rugi bila dijual. Informasi tentang Widodo tersebut pun sempat viral, setelah pertama kali dipublikasikan melalui grup Facebook "Info Jegatan Jogyakarta (IJJ)". Padahal, kata Spudnik, pihaknya terus berupaya menjaga produksi cabai dengan baik. Begitu juga dengan harga yang diusahakan stabil.
"Masalah harga, kami dari Ditjen Hortikultura bersama dinas-dinas di daerah terus berupaya menjaga harga jual cabai di tingkat petani agar petani tidak rugi dan kesejahteraannya terjaga. Salah satu caranya melalui pengaturan pola tanam," katanya.
Ia pun telah meminta Bulog menyerap panen petani di daerah yang hasilnya melimpah, mengajak Toko Tani Indonesia (TTI) meningkatkan penjualan cabai petani, berkomunikasi dengan pelaku industri, mendorong peningkatkan pengolahan cabai menjadi produk bernilai tinggi, serta memperpendek rantai pasok.
Tidak hanya itu, penggunaan teknologi budidaya rendah pestisida, mekanisasi pertanian, membangun mitra kerja sama permanen dengan industri makanan, mendorong disiplin petani dalam penerapan manajemen tanam sepanjang tahun, serta peningkatan kapasitas petani dalam pengolahan hasil panen.
"Dan alhamdulillah, harga cabai di tingkat petani di Bantul yang beberapa hari sebelumnya cuma Rp 4.000 per kg, sekarang sudah Rp 7.500 per kg," kata Spudnik.(Republika)
"Dengan demikian, harganya relatif stabil, karena ketersediaannya di setiap bulan," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Spudnik Sujono melalui keterangan tertulis, Selasa (19/9).
Informasi itu pun dilakukan untuk memastikan pihaknya memberikan bantuan kepada para petani pemula dalam mengembangkan usahanya dan meningkatkan kompetensinya. Salah satu petani pemula yang mendapat bantuan dari Kementan adalah Widodo (25 tahun). Warga Dusun Kalipakem, Desa Seloharjo Kecamatan Pundong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini tidak memiliki latar belakang pendidikan pertanian, melainkan advertising. Untuk itu pemberian informasi dilakukan agar budidaya cabai dilakukan dengan benar dan memiliki nilai ekonomi yang kompetitif.
"Kita sudah menyarankan Saudara Widodo bergabung dengan kelompok tani (poktan) yang sudah ada atau membentuk sendiri, agar dalam membudidayakan cabainya bisa dilakukan dengan optimal," katanya.
Koordinasi dan meminta informasi kepada petugas penyuluh atau ke Dinas Pertanian setempat juga perlu dilakukan Widodo dan petani pemula lainnya dalam kegiatan bertani, agar bisa selaras dengan program pemerintah. Berdasarkan hasil kunjungan pihaknya ke Pondong, diketahui kondisi tanaman cabai Widodo sedang berbuah muda dan layu karena tidak ada ketersediaan air yang mencukupi.
Sebelumnya warga Dusun Palipakem, Bantul, DIY ini ramai diberitakan karena menggratiskan cabai yang ada di kebun belakang rumahnya seluas 100 meter persegi dengan populasi sekitar 200 tanaman. Alasannya, harga cabai sedang turun dan rugi bila dijual. Informasi tentang Widodo tersebut pun sempat viral, setelah pertama kali dipublikasikan melalui grup Facebook "Info Jegatan Jogyakarta (IJJ)". Padahal, kata Spudnik, pihaknya terus berupaya menjaga produksi cabai dengan baik. Begitu juga dengan harga yang diusahakan stabil.
"Masalah harga, kami dari Ditjen Hortikultura bersama dinas-dinas di daerah terus berupaya menjaga harga jual cabai di tingkat petani agar petani tidak rugi dan kesejahteraannya terjaga. Salah satu caranya melalui pengaturan pola tanam," katanya.
Ia pun telah meminta Bulog menyerap panen petani di daerah yang hasilnya melimpah, mengajak Toko Tani Indonesia (TTI) meningkatkan penjualan cabai petani, berkomunikasi dengan pelaku industri, mendorong peningkatkan pengolahan cabai menjadi produk bernilai tinggi, serta memperpendek rantai pasok.
Tidak hanya itu, penggunaan teknologi budidaya rendah pestisida, mekanisasi pertanian, membangun mitra kerja sama permanen dengan industri makanan, mendorong disiplin petani dalam penerapan manajemen tanam sepanjang tahun, serta peningkatan kapasitas petani dalam pengolahan hasil panen.
"Dan alhamdulillah, harga cabai di tingkat petani di Bantul yang beberapa hari sebelumnya cuma Rp 4.000 per kg, sekarang sudah Rp 7.500 per kg," kata Spudnik.(Republika)
Tidak ada komentar