Soal Ada Tidaknya Tebusan 10 Sandera, Ketua MPR: Hentikan Kegaduhan!
Baturaja Radio - Sepuluh anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Indonesia yang
disandera kelompok Abu Sayyaf telah bebas. Pemerintah menegaskan bahwa
pembebasan 10 sandera itu murni upaya negosiasi.
Namun isu berkembang bahwa tidak mungkin kelompok Abu Sayyaf rela melepas sandera tanpa imbalan. Hal itu pun menjadi polemik di Tanah Air.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyambut baik perihal pembebasan 10 orang tersebut. Namun dia meminta semua pihak agar tak saling menyalahkan dan membuat opini baru.
"Hentikan kegaduhan. Mereka itu sudah membantu anggap saja sebagai amal soleh. Tak usah saling mengklaim," jelas Zulkifli saat ditemui usai acara Safari Kebangsaan PAN di Kabupaten Purwakarta, Kamis (5/5/2016).
Zulkifli mengatakan semua orang harus menerima apa pun yang terjadi terhadap upaya pembebasan 10 WNI tersebut. Termasuk orang atau kelompok yang dianggap berperan dalam pembebasannya beberapa waktu lalu.
"Kalau saling mengklaim berarti itu tidak ikhlas. Jangan-jangan ada udang di balik batu. Biarkan amal soleh itu dicatat dalam sejarah dan pahala nanti," ucapnya.
Saat ini, kata dia, lebih baik kembali fokus terhadap pembebasan empat sandera lainnya yang masih menjadi tawanan Abu Sayyaf.
"Kita harus fokus pada empat orang lagi, bagaimana caranya mereka bisa pulang dengan selamat. Semuanya ayo kita bekerja," tutup pria yang juga Ketum PAN ini.
10 WNI itu disandera sejak 26 Maret 2016. Penyanderanya yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar 50 juta peso atau setara dengan 1 juta dolar AS. Para WNI tersebut adalah ABK dari kapal Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara.
Sedangkan 4 WNI yang masih disandera merupakan ABK kapal tunda TB Henry yang menarik kapal tongkang Cristi. Informasi menyebut mereka disandera di Tawi-Tawi.(Detik.com)
Namun isu berkembang bahwa tidak mungkin kelompok Abu Sayyaf rela melepas sandera tanpa imbalan. Hal itu pun menjadi polemik di Tanah Air.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyambut baik perihal pembebasan 10 orang tersebut. Namun dia meminta semua pihak agar tak saling menyalahkan dan membuat opini baru.
"Hentikan kegaduhan. Mereka itu sudah membantu anggap saja sebagai amal soleh. Tak usah saling mengklaim," jelas Zulkifli saat ditemui usai acara Safari Kebangsaan PAN di Kabupaten Purwakarta, Kamis (5/5/2016).
Zulkifli mengatakan semua orang harus menerima apa pun yang terjadi terhadap upaya pembebasan 10 WNI tersebut. Termasuk orang atau kelompok yang dianggap berperan dalam pembebasannya beberapa waktu lalu.
"Kalau saling mengklaim berarti itu tidak ikhlas. Jangan-jangan ada udang di balik batu. Biarkan amal soleh itu dicatat dalam sejarah dan pahala nanti," ucapnya.
Saat ini, kata dia, lebih baik kembali fokus terhadap pembebasan empat sandera lainnya yang masih menjadi tawanan Abu Sayyaf.
"Kita harus fokus pada empat orang lagi, bagaimana caranya mereka bisa pulang dengan selamat. Semuanya ayo kita bekerja," tutup pria yang juga Ketum PAN ini.
10 WNI itu disandera sejak 26 Maret 2016. Penyanderanya yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar 50 juta peso atau setara dengan 1 juta dolar AS. Para WNI tersebut adalah ABK dari kapal Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara.
Sedangkan 4 WNI yang masih disandera merupakan ABK kapal tunda TB Henry yang menarik kapal tongkang Cristi. Informasi menyebut mereka disandera di Tawi-Tawi.(Detik.com)
Tidak ada komentar