Polri Periksa 50 Saksi Terkait Penistaan Agama Oleh Ahmad Musadeq Cs
Baturaja Radio - Mabes Polri telah memeriksa puluhan saksi terkait kasus
penistaan agama oleh Ahmad Musadeq Cs. Sejauh ini pihaknya belum
menemukan tersangka lain dari pengurus Gafatar lainnya.
"Sudah ada 50 lebih yang menjadi saksi," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (27/5/2016).
"Kalau dari hasil pemeriksaan. Ini berkembang kepada siapa saja yang memiliki peran dominan, tentu akan ditetapkan status hukum berikutnya kepada mereka-mereka itu. Tapi selama ini yang lain masih dalam kapasitas saksi," sambungnya.
Ketiga pelaku kata Boy telah memberikan pemahaman sesat kepada masyarakat. Mereka juga mencampur adukan sifat dan ajaran agama lainnya.
"Merencanakan suatu kegiatan seperti layaknya ada pemerintahan yang baru. Ini, yang tidak dibenarkan. Apalagi pemerintah sangat sensitif ini masalah agama dan akidah. Yang kadang-kadang apabila itu disampaikan pada masyarakat kota bisa menimbulkan reaksi kemarahan," paparnya.
Boy menjelaskan apa yang disampaikan ketiga pelaku itu, tidak benar menurut ajaran agama. Sehingga dalam konteks penegakan hukum akan dilihat dari perpektif hukum positif.
"Mereka dijerat pasal 56 tentang penistaan agama, dengan hukuman 5 tahun penjara. Kita juga tahu gerakan ini melibatkan ribuat masyarakat di Indonesia, bahkan memberi dan membuat fasilitas serta melakukan kegiatan di suatu tempat Kalimantan. Mereka merekut berbagai orang dari segala bidang dengan bujuk rayu pendekatan sosial kemasyarakatan yang lama-lama didesiminasi akidahnya tidak sesuai ajaran agama yang berlaku di Indonesia," pungkasnya.(news.detik.com )
"Sudah ada 50 lebih yang menjadi saksi," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (27/5/2016).
"Kalau dari hasil pemeriksaan. Ini berkembang kepada siapa saja yang memiliki peran dominan, tentu akan ditetapkan status hukum berikutnya kepada mereka-mereka itu. Tapi selama ini yang lain masih dalam kapasitas saksi," sambungnya.
Ketiga pelaku kata Boy telah memberikan pemahaman sesat kepada masyarakat. Mereka juga mencampur adukan sifat dan ajaran agama lainnya.
"Merencanakan suatu kegiatan seperti layaknya ada pemerintahan yang baru. Ini, yang tidak dibenarkan. Apalagi pemerintah sangat sensitif ini masalah agama dan akidah. Yang kadang-kadang apabila itu disampaikan pada masyarakat kota bisa menimbulkan reaksi kemarahan," paparnya.
Boy menjelaskan apa yang disampaikan ketiga pelaku itu, tidak benar menurut ajaran agama. Sehingga dalam konteks penegakan hukum akan dilihat dari perpektif hukum positif.
"Mereka dijerat pasal 56 tentang penistaan agama, dengan hukuman 5 tahun penjara. Kita juga tahu gerakan ini melibatkan ribuat masyarakat di Indonesia, bahkan memberi dan membuat fasilitas serta melakukan kegiatan di suatu tempat Kalimantan. Mereka merekut berbagai orang dari segala bidang dengan bujuk rayu pendekatan sosial kemasyarakatan yang lama-lama didesiminasi akidahnya tidak sesuai ajaran agama yang berlaku di Indonesia," pungkasnya.(news.detik.com )
Tidak ada komentar