Harga Membaik, Petani Karet di OKU Selatan Kembali Bergairah
Baturaja Radio - Melonjaknya harga karet di pasaran beberapa minggu terakhir, dari
sebelumnya Rp 3.500 per kilogram yang kini menjadi Rp 6.500 per
kilogram, membuat para petani di sejumlah daerah kembali bergairah,
termasuk petani karet di OKU Selatan.
Noviadi (49), petani karet asal Desa Gunung Tiga, Kecamatan Muaradua, mengatakan melonjaknya harga karet di pasaran disambut baik oleh para petani dan petani pun kembali bersemangat untuk menggarap kebun karet yang sempat mereka tinggalkan.
"Harapan kami petani, harganya tidak turun lagi seperti kemarin," katanya kepada sripoku.com, Selasa (26/4/2016).
Menurut Noviadi, anjloknya harga beberapa waktu lalu mengakibatkan petani karet banyak yang beralih menanam komoditas pertanian lain seperti jagung dan pisang.
Petani karet lainnya, Wahyudin, juga mengatakan, kini ia kembali menggarap lahan karet miliknya.
"Lumayan kalau sekarang harganya mulai membaik. Masih bisa hidup petani karet ini dibandingkan harga kemaren sebelum naik," katanya.
Ia pun berharap harga tersebut tetap melonjak, agar biaya yang dikeluarkan para petani untuk perawatan tanaman tersebut seimbang dengan hasil yang didapat dan mampu untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga. (tribunnews.com)
Noviadi (49), petani karet asal Desa Gunung Tiga, Kecamatan Muaradua, mengatakan melonjaknya harga karet di pasaran disambut baik oleh para petani dan petani pun kembali bersemangat untuk menggarap kebun karet yang sempat mereka tinggalkan.
"Harapan kami petani, harganya tidak turun lagi seperti kemarin," katanya kepada sripoku.com, Selasa (26/4/2016).
Menurut Noviadi, anjloknya harga beberapa waktu lalu mengakibatkan petani karet banyak yang beralih menanam komoditas pertanian lain seperti jagung dan pisang.
Petani karet lainnya, Wahyudin, juga mengatakan, kini ia kembali menggarap lahan karet miliknya.
"Lumayan kalau sekarang harganya mulai membaik. Masih bisa hidup petani karet ini dibandingkan harga kemaren sebelum naik," katanya.
Ia pun berharap harga tersebut tetap melonjak, agar biaya yang dikeluarkan para petani untuk perawatan tanaman tersebut seimbang dengan hasil yang didapat dan mampu untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga. (tribunnews.com)
Tidak ada komentar