10 WNI Disandera Kelompok Abu Sayyaf dan Soal Umar Patek
Baturaja Radio - 10 WNI disandera kelompok Abu Sayyaf sejak 26 Maret lalu. Para
penyandera meminta tebusan 50 juta peso atau sekitar Rp 15 miliar.
Hari berlalu, tak ada kabar kapan 10 WNI yang merupakan awak kapal Brahma 12 yang menarik batubara menuju Filipina akan dibebaskan.
Namun pemerintah menjamin Peter Tonsen Barahama dkk dalam kondisi selamat dan aman. Pemerintah juga menegaskan komitmennya bahwa keselamatan para WNI akan menjadi prioritas.
Pemerinta berkali-kali menyampaikan, tidak bisa militer atau TNI masuk ke Filipina. Karena konstitusi Filipina tidak membolehkan militer asing masuk ke sana. Pemerintah menghormati kedaulatan Filipina.
Komunikasi terus dibangun. Kabarnya, ada seorang perantara di Pulau Sulu, wilayah Filipina Selatan yang menjadi jembatan dengan kelompok penyandera pimpinan Jim Dragon. Negosiasi dilakoni.
Informasi menyebutkan, kalau para penyandera membawa 10 WNI dan terus bergerak berpindah-pindah lokasi. Mereka bergerak di malam hari melewati perbukitan menuju kawasan di Pattiku.
Pada Jumat (8/4), ada kabar dari Umar Patek, terpidana terorisme yang dibui 20 tahun. Dia siap menjembatani komunikasi dengan kelompok Abu Sayyaf.
Tawaran ini ditampik Wapres Jusuf Kalla. Pemerintah tak mau ada negosiasi lewat Patek yang dahulu ditangkap di Pakistan. Negosiasi dilakukan lewat pemerintah dengan pemerintah.
Merunut ke belakang, mengapa Patek menawarkan diri sebenarnya punya alasan. Patek dahulu pernah bermukim di Pulau Basilan. Dia akrab, dan kabarnya menjadi salah satu anggota majelis syura kelompok Abu Sayyaf. Jadi kemungkinan besar dia sangat mengenal para penyandera.
Tapi apakah akan efektif bila Patek turun? Kabarnya, setelah Janjalani pemimpin kelompok Abu Sayyaf tak lagi memegang tampuk, semua anggota kelompok ini jalan masing-masing, termasuk Patek yang beberapa tahun kemudian meninggalkan Filipina.
Namun bisa saja dipertimbangkan lobi lewat Patek ini yang sekarang sudah masuk dalam program deradikalisasi BNPT. Pastinya tetap yang utama adalah prioritas keselamatan WNI.
Dan kabar pembebasan WNI Italia oleh kelompok Abu Sayyaf mungkin menjadi kabar gembira. Salah satu faksi di kelompok itu pada Oktober 2015 lalu menyandera Rolando Del Torchio, seorang misionaris.
Del Torchio pada Jumat (8/4) malam ditemukan di atas sebuah kapal feri yang berlabuh di pulau terpencil, Jolo, yang merupakan basis utama kelompok Abu Sayyaf. Jolo berlokasi sekitar 950 kilometer selatan ibukota Manila.
"Korban sekarang kurus. Dia kehilangan banyak berat badan dibandingkan dengan apa yang kami lihat di foto-foto lamanya," kata juru bicara militer wilayah setempat, Mayor Filemon Tan kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/4/2016).
Namun tak diketahui pasti apakah Del Torchio dibayarkan tebusannya atau tidak. Kelompok Abu Sayyaf ini menggunakan uang tebusan untuk membeli amunisi dan logistik, hal ini yang dicegah pemerintah Filipina.
Doa terbaik tentu untuk 10 WNI yang disandera. Semoga saja mereka bisa segera bebas, ada keluarga, istri, anak dan orangtua yang menanti.(detik.com)
Hari berlalu, tak ada kabar kapan 10 WNI yang merupakan awak kapal Brahma 12 yang menarik batubara menuju Filipina akan dibebaskan.
Namun pemerintah menjamin Peter Tonsen Barahama dkk dalam kondisi selamat dan aman. Pemerintah juga menegaskan komitmennya bahwa keselamatan para WNI akan menjadi prioritas.
Pemerinta berkali-kali menyampaikan, tidak bisa militer atau TNI masuk ke Filipina. Karena konstitusi Filipina tidak membolehkan militer asing masuk ke sana. Pemerintah menghormati kedaulatan Filipina.
Komunikasi terus dibangun. Kabarnya, ada seorang perantara di Pulau Sulu, wilayah Filipina Selatan yang menjadi jembatan dengan kelompok penyandera pimpinan Jim Dragon. Negosiasi dilakoni.
Informasi menyebutkan, kalau para penyandera membawa 10 WNI dan terus bergerak berpindah-pindah lokasi. Mereka bergerak di malam hari melewati perbukitan menuju kawasan di Pattiku.
Pada Jumat (8/4), ada kabar dari Umar Patek, terpidana terorisme yang dibui 20 tahun. Dia siap menjembatani komunikasi dengan kelompok Abu Sayyaf.
Tawaran ini ditampik Wapres Jusuf Kalla. Pemerintah tak mau ada negosiasi lewat Patek yang dahulu ditangkap di Pakistan. Negosiasi dilakukan lewat pemerintah dengan pemerintah.
Merunut ke belakang, mengapa Patek menawarkan diri sebenarnya punya alasan. Patek dahulu pernah bermukim di Pulau Basilan. Dia akrab, dan kabarnya menjadi salah satu anggota majelis syura kelompok Abu Sayyaf. Jadi kemungkinan besar dia sangat mengenal para penyandera.
Tapi apakah akan efektif bila Patek turun? Kabarnya, setelah Janjalani pemimpin kelompok Abu Sayyaf tak lagi memegang tampuk, semua anggota kelompok ini jalan masing-masing, termasuk Patek yang beberapa tahun kemudian meninggalkan Filipina.
Namun bisa saja dipertimbangkan lobi lewat Patek ini yang sekarang sudah masuk dalam program deradikalisasi BNPT. Pastinya tetap yang utama adalah prioritas keselamatan WNI.
Dan kabar pembebasan WNI Italia oleh kelompok Abu Sayyaf mungkin menjadi kabar gembira. Salah satu faksi di kelompok itu pada Oktober 2015 lalu menyandera Rolando Del Torchio, seorang misionaris.
Del Torchio pada Jumat (8/4) malam ditemukan di atas sebuah kapal feri yang berlabuh di pulau terpencil, Jolo, yang merupakan basis utama kelompok Abu Sayyaf. Jolo berlokasi sekitar 950 kilometer selatan ibukota Manila.
"Korban sekarang kurus. Dia kehilangan banyak berat badan dibandingkan dengan apa yang kami lihat di foto-foto lamanya," kata juru bicara militer wilayah setempat, Mayor Filemon Tan kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/4/2016).
Namun tak diketahui pasti apakah Del Torchio dibayarkan tebusannya atau tidak. Kelompok Abu Sayyaf ini menggunakan uang tebusan untuk membeli amunisi dan logistik, hal ini yang dicegah pemerintah Filipina.
Doa terbaik tentu untuk 10 WNI yang disandera. Semoga saja mereka bisa segera bebas, ada keluarga, istri, anak dan orangtua yang menanti.(detik.com)
Tidak ada komentar