Ade Komarudin Diganjal, Kader SOKSI: Bertarunglah Secara Kesatria
Baturaja Radio - Menjelang Munas Golkar, isu posisi kursi Ketua Umum mulai memanas. Kali ini, Ade Komarudin atau Akom diminta mundur dari posisinya sebagai Ketua DPR bila bertekad maju menjadi calon Ketua Umum di Munas mendatang.
Pembelaan terhadap Akom pun datang dari internal Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).
"Cara seperti ini lah yang memecah partai. Jangan menghalang-halangi sesama kader untuk maju. Tak ada itu di dalam AD/ART, aturan seperti itu," ujar Ketua Umum Baladhila Karya unsur SOKSI, Nofel Saleh Hilabi kepada detikcom, Minggu (7/2/2016).
Dia merasa heran dengan pihak yang menyudutkan Akom yang terkesan agar tak maju di bursa calon ketua umum di Munas. Mengacu proses rekonsiliasi yang sedang dirajut, mestinya semua pihak sadar harus memprioritaskan kepentingan partai. Bukan justru melontarkan pernyataan yang meruncing dan membuat rekonsiliasi terhambat.
"Kenapa kita ini pada tidak sadar ya? Baru saja kita memulai merajut kebersamaan. Nah, ini dibikin panas yang berpotensi memecah partai," ujarnya.
Kemudian, Nofel pun berpesan kepada semua pihak yang ingin maju sebagai calon ketua umum agar berjiwa ksatria. Menurutnya, sebagai partai besar, Golkar memerlukan sosok pemimpin yang mengayomi, demokratis, dan berkarakter kuat.
"Harus bersikap, bertarunglah secara kesatria. Kita butuh pemimpin yang demokratis, karakter kuat. Jangan pakai cara menghalang-halangi, cengeng seperti ayam sayur, sontoloyo," katanya.
Sebelumnya, Ketua Paguyuban DPD I Golkar Ridwan Bae menyebut Akom bisa maju namun dengan syarat harus mundur sebagai Ketua DPR. Hal ini mengacu suara DPD I dalam forum silaturahmi di Nusa Tenggara Barat.
"DPD I berpandangan tidak formal bahwa kalau gitu Akom boleh maju. Tapi, keluar dulu dari Ketua DPR," kata Ridwan Bae saat dihubungi, Sabtu (6/2/2016). (detiknews)
Pembelaan terhadap Akom pun datang dari internal Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).
"Cara seperti ini lah yang memecah partai. Jangan menghalang-halangi sesama kader untuk maju. Tak ada itu di dalam AD/ART, aturan seperti itu," ujar Ketua Umum Baladhila Karya unsur SOKSI, Nofel Saleh Hilabi kepada detikcom, Minggu (7/2/2016).
Dia merasa heran dengan pihak yang menyudutkan Akom yang terkesan agar tak maju di bursa calon ketua umum di Munas. Mengacu proses rekonsiliasi yang sedang dirajut, mestinya semua pihak sadar harus memprioritaskan kepentingan partai. Bukan justru melontarkan pernyataan yang meruncing dan membuat rekonsiliasi terhambat.
"Kenapa kita ini pada tidak sadar ya? Baru saja kita memulai merajut kebersamaan. Nah, ini dibikin panas yang berpotensi memecah partai," ujarnya.
Kemudian, Nofel pun berpesan kepada semua pihak yang ingin maju sebagai calon ketua umum agar berjiwa ksatria. Menurutnya, sebagai partai besar, Golkar memerlukan sosok pemimpin yang mengayomi, demokratis, dan berkarakter kuat.
"Harus bersikap, bertarunglah secara kesatria. Kita butuh pemimpin yang demokratis, karakter kuat. Jangan pakai cara menghalang-halangi, cengeng seperti ayam sayur, sontoloyo," katanya.
Sebelumnya, Ketua Paguyuban DPD I Golkar Ridwan Bae menyebut Akom bisa maju namun dengan syarat harus mundur sebagai Ketua DPR. Hal ini mengacu suara DPD I dalam forum silaturahmi di Nusa Tenggara Barat.
"DPD I berpandangan tidak formal bahwa kalau gitu Akom boleh maju. Tapi, keluar dulu dari Ketua DPR," kata Ridwan Bae saat dihubungi, Sabtu (6/2/2016). (detiknews)
Tidak ada komentar