Dikritik Seniman dan Dinilai Desain Terlalu Jadul, Maskot Asian Games 2018 Sudah Mau Diubah
Baturaja Radio – Akhir pekan kemarin logo dan maskot Asian Games XVIII/2018 secara resmi diluncurkan. Hanya saja, desain sang maskot, Drawa, dinilai terlalu jadul dan terlihat tak "hidup".
Kementerian Pemuda dan Olahraga secara terbuka menerima kritik dan saran dari masyarakat Indonesia mengenai maskot "Drawa" yang berbentuk burung cendrawasih menggunakan pakaian silat sarung bermotif songket.
"Kami terbuka menerima saran apa pun agar maskot Asian Games 2018 menjadi lebih hidup dan menarik dilihat," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat Refleksi Akhir 2015 di Jakarta, Senin (28/12) seperti dikutip dari AntaraNews.com.
Dia mengatakan maskot "Drawa" masih banyak menuai kritik dari para seniman karena dianggap kurang menarik dan kurang hidup.
"Nanti kami akan perbaiki lagi, mungkin dari segi warnanya, atau bentuknya biar maskot ini lebih hidup," tambah dia.
Kemenpora akan kembali mengadakan sayembara terkait perbaikan da masukan untuk maskot Drawa tersebut pada Januari 2016.
Menurut Imam, maskot ini masih bisa diperbaiki karena belum didaftarkan kepada Olympic Council of Asia (OCA), sementara itu logo Asian Games yang juga menggunakan burung cendrawasih sebagai bentuk dasarnya sudah didaftarkan ke OCA.
"Kalau logo sudah resmi, kami telah memberikan beberapa opsi mereka dan mereka memilih logo ini. Menurut mereka, logo ini sangat unik dan menarik," kata dia.
Penambahan atau pengurangan maskot itu dilakukan karena banyak masyarakat Indonesia yang komentar terkait burung Cenderawasih kepadanya.
"Masyarakat memberikan komentar tentang maskot ini, mungkin mereka merasa maskot Cenderawasih seperti kaku," lanjutnya.
"Mungkin kita akan mengubah seperti penambahan pernak-pernik atau menggambarkan maskot itu tersenyum," katanya.
Untuk urusan maskot yang bernama Drawa akan menjadi tanggung jawab Kemenpora sedangkan untuk logo Asian Games2018 tidak akan diubah sedikit pun.
Pada Minggu (27/12) Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan logo dan maskot Asian Games 2018 di Pintu Timur Senayan.
"Cendrawasih burung yang indah dan sering disebut sebagai paradise bird. Maskotnya garang, tapi nanti medalinya jangan jarang," kata Wapres.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Wakil Ketua KOI Muddai Madang, dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin.
Kritik dari Seniman
Maskot tersebut secara eistetika dinilai tidak didesain dengan elok. Apalagi sejauh ini pihak panitia baru menampilkannya dalam dua dimensi (2D), sehingga tampak ketinggalan zaman.
"Maskot dan logo itu amat penting dalam sebuah event, setara duta acara itu. Ini ajang besar lho. Asian Games, bukan SEA Games. Maskot dan logo itu sudah sangat usang, bahkan jika harus dibandingkan dengan logo Olimpiade 1980 di Moskow," kata Narpati Awangga, seniman piksel Ruangrupa, Selasa (29/12), seperti dikutip detikSport.
"Sudah semestinya pihak yang berkepentingan bisa meraba apa yang akan menjadi perbincangan di tahun 2018 nanti dikaitkan dengan imej Indonesia banget yang dikemas dalam artistik yang sip.
"Kalau tidak sanggup, 'kan masih banyak cara. Misal, gandeng agensi atau seniman yang kapabel di bidangnya. Sayembara memang murah, tapi ingat, ini Asian Games, tidak datang empat tahun sekali untuk jadi tuan rumah. Kalau tidak percaya dengan desainer lokal, tinggal googling saja siapa yang membuat logo Piala Dunia atau Olimpiade sebelumnya. Bisa dimintai konsultasi.
"Bukan hanya logo dan maskot, tapi nanti soal perlengkapan kontingen, jangan sampai bikin malu desainer Indonesia dong," ucap seniman yang akrab disapa Om Leo itu. (Detak OKU.com)
Kementerian Pemuda dan Olahraga secara terbuka menerima kritik dan saran dari masyarakat Indonesia mengenai maskot "Drawa" yang berbentuk burung cendrawasih menggunakan pakaian silat sarung bermotif songket.
"Kami terbuka menerima saran apa pun agar maskot Asian Games 2018 menjadi lebih hidup dan menarik dilihat," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat Refleksi Akhir 2015 di Jakarta, Senin (28/12) seperti dikutip dari AntaraNews.com.
Dia mengatakan maskot "Drawa" masih banyak menuai kritik dari para seniman karena dianggap kurang menarik dan kurang hidup.
"Nanti kami akan perbaiki lagi, mungkin dari segi warnanya, atau bentuknya biar maskot ini lebih hidup," tambah dia.
Kemenpora akan kembali mengadakan sayembara terkait perbaikan da masukan untuk maskot Drawa tersebut pada Januari 2016.
Menurut Imam, maskot ini masih bisa diperbaiki karena belum didaftarkan kepada Olympic Council of Asia (OCA), sementara itu logo Asian Games yang juga menggunakan burung cendrawasih sebagai bentuk dasarnya sudah didaftarkan ke OCA.
"Kalau logo sudah resmi, kami telah memberikan beberapa opsi mereka dan mereka memilih logo ini. Menurut mereka, logo ini sangat unik dan menarik," kata dia.
Penambahan atau pengurangan maskot itu dilakukan karena banyak masyarakat Indonesia yang komentar terkait burung Cenderawasih kepadanya.
"Masyarakat memberikan komentar tentang maskot ini, mungkin mereka merasa maskot Cenderawasih seperti kaku," lanjutnya.
"Mungkin kita akan mengubah seperti penambahan pernak-pernik atau menggambarkan maskot itu tersenyum," katanya.
Untuk urusan maskot yang bernama Drawa akan menjadi tanggung jawab Kemenpora sedangkan untuk logo Asian Games2018 tidak akan diubah sedikit pun.
Pada Minggu (27/12) Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan logo dan maskot Asian Games 2018 di Pintu Timur Senayan.
"Cendrawasih burung yang indah dan sering disebut sebagai paradise bird. Maskotnya garang, tapi nanti medalinya jangan jarang," kata Wapres.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Wakil Ketua KOI Muddai Madang, dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin.
Kritik dari Seniman
Maskot tersebut secara eistetika dinilai tidak didesain dengan elok. Apalagi sejauh ini pihak panitia baru menampilkannya dalam dua dimensi (2D), sehingga tampak ketinggalan zaman.
"Maskot dan logo itu amat penting dalam sebuah event, setara duta acara itu. Ini ajang besar lho. Asian Games, bukan SEA Games. Maskot dan logo itu sudah sangat usang, bahkan jika harus dibandingkan dengan logo Olimpiade 1980 di Moskow," kata Narpati Awangga, seniman piksel Ruangrupa, Selasa (29/12), seperti dikutip detikSport.
"Sudah semestinya pihak yang berkepentingan bisa meraba apa yang akan menjadi perbincangan di tahun 2018 nanti dikaitkan dengan imej Indonesia banget yang dikemas dalam artistik yang sip.
"Kalau tidak sanggup, 'kan masih banyak cara. Misal, gandeng agensi atau seniman yang kapabel di bidangnya. Sayembara memang murah, tapi ingat, ini Asian Games, tidak datang empat tahun sekali untuk jadi tuan rumah. Kalau tidak percaya dengan desainer lokal, tinggal googling saja siapa yang membuat logo Piala Dunia atau Olimpiade sebelumnya. Bisa dimintai konsultasi.
"Bukan hanya logo dan maskot, tapi nanti soal perlengkapan kontingen, jangan sampai bikin malu desainer Indonesia dong," ucap seniman yang akrab disapa Om Leo itu. (Detak OKU.com)
Tidak ada komentar