Mengatur Besaran Uang Jajan Anak
Baturaja Radio - Lamanya waktu yang dihabiskan di sekolah memaksa orangtua memberikan uang jajan kepada anak, kendati masih berada di sekolah dasar. Namun besar saku untuk anak,bisa jadi dilema bagi orangtua. Berapa jumlah yang pantas?
Perencana keuangan dari Independent Financial Planner, Freddy Pieloor, menyarankan agar orangtua mengingat kembali fungsi uang jajan anak. Maklum, orangtua kerap lupa tujuannya, sehingga yang dipikirkan langsung besarannya saja. Padahal, anak belum tentu bisa membelanjakan uang mereka dengan baik.
Kata dia, uang saku merupakan uang penunjang anak dalam melakukan kegiatan di sekolah. Di saat tertentu, anak boleh memegang uang mereka. "Sebaiknya orangtua mengajarkan anak untuk menabung uang jajan mereka," ujarnya kepada Plasadana.com, yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.
Freddy menjelaskan, jumlah uang tergantung dari kesepakatan antara anak dengan orangtua, umur anak, dan lingkungan sekolah anak. Lingkungan anak perlu menjadi pertimbangan karena ada juga orangtua yang punya kecenderungan ingin memperlihatkan harta mereka melalui anaknya, termasuk dengan membelikan ponsel mutakhir untuk anak.
"Di antara orangtua pun kadang terjadi persaingan kekayaan," tegasnya.
Kesepakatan dalam besaran uang jajan antara orangtua dan anak sekaligus mendidik anak untuk bertanggung jawab dengan uang mereka. Freddy menekankan bahwa jumlah uang yang diberikan bisa hanya uang jajan saat sekolah atau uang yang ia bisa habiskan selama satu bulan.
Jika pilihan jatuh pada pemberian uang jajan bulanan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Tegaskan pada anak, belanja apa saja yang bisa diganti. Misalnya, membeli buku atau fotokopi kebutuhan sekolah. Selain itu, orangtua juga perlu menyampaikan kebijakan di saat anak tidak punya uang alias kehabisan uang jajan.
Freddy mengingatkan, sebaiknya model pemberian uang jajan bulanan itu tidak diberlakukan bagi anak sekolah dasar. Di saat remaja, misalnya setingkat SMP dan SMA, bisa diberikan mingguan.
Usia remaja, pada umumnya, belum pandai beradaptasi dalam mengatur keuangan jika mendapatkan uang jajan bulanan. Untuk anak remaja dewasa (jenjang perkuliahan), barulah uang diberikan secara sebulan sekali.
Akan tetapi, terlepas dari jumlah dan cara pemberian uang, Freddy menekankan bahwa keberadaan uang saku sebaiknya sesuai dengan tujuan dan rencana dalam mendidik anak. Sebab orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab mengajarkan anak mengatur keuangan mereka. Jangan sampai anak berpikir bahwa uang dapat diperoleh dengan mudah oleh sang anak.
"Biarkan dia membangun kebiasaan menyisihkan sebagian uang ia miliki untuk masa depannya," paparnya.
Sumber : id.she.yahoo.com
Perencana keuangan dari Independent Financial Planner, Freddy Pieloor, menyarankan agar orangtua mengingat kembali fungsi uang jajan anak. Maklum, orangtua kerap lupa tujuannya, sehingga yang dipikirkan langsung besarannya saja. Padahal, anak belum tentu bisa membelanjakan uang mereka dengan baik.
Kata dia, uang saku merupakan uang penunjang anak dalam melakukan kegiatan di sekolah. Di saat tertentu, anak boleh memegang uang mereka. "Sebaiknya orangtua mengajarkan anak untuk menabung uang jajan mereka," ujarnya kepada Plasadana.com, yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.
Freddy menjelaskan, jumlah uang tergantung dari kesepakatan antara anak dengan orangtua, umur anak, dan lingkungan sekolah anak. Lingkungan anak perlu menjadi pertimbangan karena ada juga orangtua yang punya kecenderungan ingin memperlihatkan harta mereka melalui anaknya, termasuk dengan membelikan ponsel mutakhir untuk anak.
"Di antara orangtua pun kadang terjadi persaingan kekayaan," tegasnya.
Kesepakatan dalam besaran uang jajan antara orangtua dan anak sekaligus mendidik anak untuk bertanggung jawab dengan uang mereka. Freddy menekankan bahwa jumlah uang yang diberikan bisa hanya uang jajan saat sekolah atau uang yang ia bisa habiskan selama satu bulan.
Jika pilihan jatuh pada pemberian uang jajan bulanan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Tegaskan pada anak, belanja apa saja yang bisa diganti. Misalnya, membeli buku atau fotokopi kebutuhan sekolah. Selain itu, orangtua juga perlu menyampaikan kebijakan di saat anak tidak punya uang alias kehabisan uang jajan.
Freddy mengingatkan, sebaiknya model pemberian uang jajan bulanan itu tidak diberlakukan bagi anak sekolah dasar. Di saat remaja, misalnya setingkat SMP dan SMA, bisa diberikan mingguan.
Usia remaja, pada umumnya, belum pandai beradaptasi dalam mengatur keuangan jika mendapatkan uang jajan bulanan. Untuk anak remaja dewasa (jenjang perkuliahan), barulah uang diberikan secara sebulan sekali.
Akan tetapi, terlepas dari jumlah dan cara pemberian uang, Freddy menekankan bahwa keberadaan uang saku sebaiknya sesuai dengan tujuan dan rencana dalam mendidik anak. Sebab orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab mengajarkan anak mengatur keuangan mereka. Jangan sampai anak berpikir bahwa uang dapat diperoleh dengan mudah oleh sang anak.
"Biarkan dia membangun kebiasaan menyisihkan sebagian uang ia miliki untuk masa depannya," paparnya.
Sumber : id.she.yahoo.com
Tidak ada komentar